Selasa, 07 Agustus 2012

[b] Seat Number ?




Nama kereta : Sri Tanjung, Departure date : 01-Aug-12, Departure time : 10.51, Arrival Time : 21:08, Class : Ekonomi, Coach No : K3-5/10 E, Seat Number : ---, Tertanda : Ari Susanti. Aku membolak-balikkan selembar karcis dari PT. Kereta Api Indonesia (persero)  ini seraya duduk menunggu kereta jurusan Banyuwangi tersebut. Kok seat number nya kosong ya ? Tanpa seat number ini artinya semua penumpang akan mengaktifkan software beladiri. Seperti yang biasa terjadi pada KRL Ciujung jurusan Tangerang – Jakarta Kota, beberapa puluh nenek didorong sampai terjungkal dalam gerbong karena mengantri dibarisan paling depan. Betapa vulgar ? Habis manis sepah dibuang. Seingatku sejak 1 Juni 2011 lalu PT KAI telah merobah sistem lama yang tadinya bebas tempat duduk menjadi one person one seat number, TAPI punyaku KENAPA KOSONG ? Hening tak ada jawaban. Mungkin karena semua orang sibuk dengan suara-suara hati mereka sendiri hingga tidak mendengarkan suara hatiku ?


Kereta yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Puluhan calon penumpang berdiri dan bergerombol seperti sudah kebelet. Aku berniat untuk meloncat dan melewati kerumunan kepala itu dengan ilmu meringkankan tubuh temuan fisikawan partikel Peter Higgs. Tapi tak jadi kulakukan, titipan kardus berisi cobek dan entah apa ini  bisa hancur kalau dibawa koprol. Aku naik paling terakhir setelah seorang ibu yang badannya besar sekali dengan tertatih akhirnya berhasil menaiki tangga yang cuma beberapa centi itu. Huuu…uh, ingin rasanya aku dorong ibu ini biar cepet masuk. Owh, ternyata keinginan mendorong itu muncul begitu saja sama seperti refleks berteriak GOL !?!


Kuletakkan kardus dan ransel ku pada kisi-kisi bagasi kereka dan kusambar kursi yang paling kosong. Yeah, aku duduk di sini aja, mencoba sesantai mungkin. Why so serious, we are in vacation bro !. Ng, tapi kenapa ya orang-orang masih berlalu lalang mencari seat number ? Kenapa mereka bisa punya seat number dan aku tidak ? Ku rogoh kembali karcis dari kantong celana. Gimana sih cara ngeliat seat number ini ? Apa ini semacam kode rahasia yang perlu dikerik pakai uang logam ? Atau dikirimi sms otomatis setelah aku dipastikan masuk dalam kereta ? Mungkinkah dikirim lewat inbox facebook ? Kusisir tampang orang-orang disekitarku yang kebetulan sudah lebih dulu duduk di sini. Seorang pria : muka menahan lapar, badan besar, kaus kuning ketat, memandang kosong, daya tempur tinggal 40 %.  Berikutnya, seorang pria : muka standar (maksudnya sering dipakai untuk standar motor), memakai jaket jeans hijau, memakai topi hitam dan jam tangan besi, so army looks, kutaksir dompetnya bermerek kopasus dan berisi rudal-rudal yang siap membela tanah air, daya tempur masih 55 %. Seorang ibu : wajah ceria, mengenakan kebaya lusuh, memanggul waskom dan memamerkan ke semua orang bahwa dia membawa banyak nasi, daya tempur mulutnya 200 %.



Kuhampiri kakak yang bertampang so army looks itu. “Ee.. mas, mas, seat number itu yang mana sih, kok punyaku ga ada ya ? Seraya menyodorkan karcis ke mukanya. Ng, dia mulai kebingungan. Drrruuuudddd …. Tiba-tiba terdengar bunyi merdu yang tak asing dari dalam dompetnya ? Tampang nya yang tadi cool kini merubah menjadi memohon belas kasihan. “K-k-kkkkk-ka… tiiii-ga..limmm…ma in..nih kali mas ?”  Katanya dengan suara terbata-bata. Mungkin saja salah satu rudalnya telah meledak di markas besar ? “Bu-bu-bu-bu kan-kan-kan nnyah it-it-itu nom-nom-nom-er Gerr .. Bong, mas ? Kataku dengan terbata-bata karena suasana berangsur-angsur mencekam. Tanpa berfikir panjang, dengan susah payah akhirya kakak itu berhasil menarik dompetnya dari balik celah celana. Mendadak kami seperti berada dalam pabrik pengolah sampah. Kepalaku berkunang-kunang. Pandangan mata menjadi gelap. Badanku lemas. Aku tidak bisa mengingat apa-apa. Kulihat kakak itu mencocokkan karcisnya dengan punyaku. Setelah ketemu pola rahasinya, ia tersenyum dengan bangga. “Nomer 10 E, mas ….” Ia kembali menyarungkan dompet itu. Keadaan berangsung-angsur kembali normal. Kesadaranku mulai pulih. Dengan tertatih seperti ibu yang tadi ingin kudorong, akhirnya aku berhasil meninggalkan gerbong itu. I Need Fresh Air.

3 komentar :

Resto Music 25 mengatakan...

ngising neng katok

Resto Music 25 mengatakan...

ngising neng katok?

Unknown mengatakan...

hehehehehehehehehehe ... :D :D :D