Nama kereta : Sri Tanjung,
Departure date : 01-Aug-12, Departure time : 10.51, Arrival Time : 21:08, Class
: Ekonomi, Coach No : K3-5/10 E, Seat Number : ---, Tertanda : Ari Susanti. Aku
membolak-balikkan selembar karcis dari PT. Kereta Api Indonesia (persero) ini seraya duduk menunggu kereta jurusan
Banyuwangi tersebut. Kok seat number nya kosong ya ? Tanpa seat number ini
artinya semua penumpang akan mengaktifkan software beladiri. Seperti yang biasa
terjadi pada KRL Ciujung jurusan Tangerang – Jakarta Kota, beberapa puluh nenek
didorong sampai terjungkal dalam gerbong karena mengantri dibarisan paling
depan. Betapa vulgar ? Habis manis sepah dibuang. Seingatku sejak 1 Juni 2011
lalu PT KAI telah merobah sistem lama yang tadinya bebas tempat duduk menjadi
one person one seat number, TAPI punyaku KENAPA KOSONG ? Hening tak ada
jawaban. Mungkin karena semua orang sibuk dengan suara-suara hati mereka
sendiri hingga tidak mendengarkan suara hatiku ?
Kereta yang ditunggu-tunggu
akhirnya tiba. Puluhan calon penumpang berdiri dan bergerombol seperti sudah
kebelet. Aku berniat untuk meloncat dan melewati kerumunan kepala itu dengan
ilmu meringkankan tubuh temuan fisikawan partikel Peter Higgs. Tapi tak jadi
kulakukan, titipan kardus berisi cobek dan entah apa ini bisa hancur kalau dibawa koprol. Aku naik
paling terakhir setelah seorang ibu yang badannya besar sekali dengan tertatih
akhirnya berhasil menaiki tangga yang cuma beberapa centi itu. Huuu…uh, ingin
rasanya aku dorong ibu ini biar cepet masuk. Owh, ternyata keinginan mendorong
itu muncul begitu saja sama seperti refleks berteriak GOL !?!
Kuletakkan kardus dan ransel ku
pada kisi-kisi bagasi kereka dan kusambar kursi yang paling kosong. Yeah, aku
duduk di sini aja, mencoba sesantai mungkin. Why so serious, we are in vacation
bro !. Ng, tapi kenapa ya orang-orang masih berlalu lalang mencari seat number
? Kenapa mereka bisa punya seat number dan aku tidak ? Ku rogoh kembali karcis
dari kantong celana. Gimana sih cara ngeliat seat number ini ? Apa ini semacam
kode rahasia yang perlu dikerik pakai uang logam ? Atau dikirimi sms otomatis
setelah aku dipastikan masuk dalam kereta ? Mungkinkah dikirim lewat inbox
facebook ? Kusisir tampang orang-orang disekitarku yang kebetulan sudah lebih
dulu duduk di sini. Seorang pria : muka menahan lapar, badan besar, kaus kuning
ketat, memandang kosong, daya tempur tinggal 40 %. Berikutnya, seorang pria : muka standar
(maksudnya sering dipakai untuk standar motor), memakai jaket jeans hijau,
memakai topi hitam dan jam tangan besi, so army looks, kutaksir dompetnya bermerek
kopasus dan berisi rudal-rudal yang siap membela tanah air, daya tempur masih 55
%. Seorang ibu : wajah ceria, mengenakan kebaya lusuh, memanggul waskom dan
memamerkan ke semua orang bahwa dia membawa banyak nasi, daya tempur mulutnya 200
%.
Kuhampiri kakak yang bertampang
so army looks itu. “Ee.. mas, mas, seat number itu yang mana sih, kok punyaku
ga ada ya ? Seraya menyodorkan karcis ke mukanya. Ng, dia mulai kebingungan. Drrruuuudddd
…. Tiba-tiba terdengar bunyi merdu yang tak asing dari dalam dompetnya ? Tampang
nya yang tadi cool kini merubah menjadi memohon belas kasihan. “K-k-kkkkk-ka…
tiiii-ga..limmm…ma in..nih kali mas ?” Katanya
dengan suara terbata-bata. Mungkin saja salah satu rudalnya telah meledak di
markas besar ? “Bu-bu-bu-bu kan-kan-kan nnyah it-it-itu nom-nom-nom-er Gerr ..
Bong, mas ? Kataku dengan terbata-bata karena suasana berangsur-angsur
mencekam. Tanpa berfikir panjang, dengan susah payah akhirya kakak itu berhasil
menarik dompetnya dari balik celah celana. Mendadak kami seperti berada dalam pabrik
pengolah sampah. Kepalaku berkunang-kunang. Pandangan mata menjadi gelap. Badanku
lemas. Aku tidak bisa mengingat apa-apa. Kulihat kakak itu mencocokkan
karcisnya dengan punyaku. Setelah ketemu pola rahasinya, ia tersenyum dengan
bangga. “Nomer 10 E, mas ….” Ia kembali menyarungkan dompet itu. Keadaan
berangsung-angsur kembali normal. Kesadaranku mulai pulih. Dengan tertatih seperti
ibu yang tadi ingin kudorong, akhirnya aku berhasil meninggalkan gerbong itu. I
Need Fresh Air.
3 komentar :
ngising neng katok
ngising neng katok?
hehehehehehehehehehe ... :D :D :D
Posting Komentar